Senin, 26 Desember 2011

Field-Trip KIR 2011/2012

Foto bersama di depan monumen Museum Linggarjati, Kuningan


Senin, 26 Desember 2012.
KIR kali ini mengadakan studi kunjungan ke salah satu tempat bersejarah di Wilayah III Cirebon, yaitu Museum Linggarjati. Ya, Museum Linggarjati. Hal itu kami lakukan setelah kami mengiikuti Ujian Akhir Semester (UAS) di sekolah, dan setelah pembagian rapor di hari Sabtu (24/12).

Pemberangkatan diawali dengan penungguan alat transportasi. Setelah tentunya, pembina - panitia dan peserta  berkumpul. Bertempat di halaman parkir depan SMAN 2 Cirebon, kami setia menunggu kedatangan alat transportasi massal tersebut, yaitu elef. Setelah beberapa lama, barulah dua elef datang dan segera membawa kami menuju ke Museum. Kami berangkat pukul 09.00 WIB, lalu setibanya di sana, kami disambut dengan udara sejuk yang menyegarkan dan cuaca yang sedikit berawan.

Ketua pelaksana FT (Reza Islami - KIR 23) mengatur para peserta (KIR 24) untuk dibagi ke dalam lima kelompok yang akan mengisi pos-pos pemberian materi. Pemberian materi kali ini, berpusatkan pada materi karya tulis. Secara sistematis, pos pertama menyajikan materi tentang bagian pendahuluan karya tulis lalu dilanjut pada bagian selanjutnya di pos-pos yang lain.
Pembina (Bu Reza) - Panitia (KIR 23) dan Peserta (KIR 24) berkumpul di halaman depan Museum Linggarjati. Peserta mendapat pengarahan dari Pembina - Ketua KIR - Ketua Pelaksana. Sedangkan panitia lainnya, langsung menyebar ke hutan Museum untuk mendiami pos yang menjadi keandilannya.
Gedung Perundingan Linggarjati
museumindonesia.com

linggarjati_rumah.jpg
GEDUNG PERUNDINGAN LINGGARJATI
Linggarjati di selatan Cirebon, adalah kota kecil di kaki Gunung Ciremai. Sebuah rumah di sini pernah menjadi tempat berlangsungan perundingan yang menghasilkan Perjanjian Linggarjati antara Indonesia-Belanda (11-12 November 1946). Sekarang dikenal sebagai Gedung Perundingan Linggarjati.
Gedung atau Museum Linggarjati sebutannya adalah salah satu saksi sejarah tentang Indonesia yang mencintai kemerdekaan, dan melalui sosok Bung Sjahrir serta kegigihan diplomasinya juga adalah Indonesia yang mencintai damai.
Sekilas sosok Bung Sjahrir bisa kita lihat dalam ungkapan R.Z. Leirissa (Syahrir the real/genuine diplomat),'His idea of achieving sovereignty by peaceful means constituted a praiseworthy moral approach.

linggarjadi_foto2.jpg
RUANG PERUNDINGAN LINGGARJATI

Ruang Perundingan Linggarjati meski dengan perabot replika toh cukup membantu pengunjung mendapatkan gambaran suasana ketika itu. Deretan kursi di sebelah kiri ditempati delegasi pihak Indonesia, dipimpin Sutan Sjahrir perdana menteri pertama Indonesia. Pihak Belanda menempati deretan kursi di sebelah kanan. Bertindak sebagai mediator adalah diplomat Inggris Lord Killearn, utusan khusus Inggris untuk Asia Tenggara, berkedudukan di Singapura.
Selama perundingan berlangsung, Lord Killearn dan beberapa delegasi Belanda  seperti Schermerhorn, Ivo Samkalden, P. Sanders menginap di Linggarjati. Kamar-kamar yang ditempati tokoh-tokoh perundingan dilabeli dengan baik di museum. Letnan Gubernur Jenderal van Mook dan anggota delegasi lainnya lagi menginap di Kapal Perang Banckert. Sedangkan delegasi Indonesia menginap di rumah Bung Sjahrir di Linggasana, desa tetangga Linggarjati, berjarak sekitar 20-25 menit jalan dari museum.

linggarjati_tanda_tangan.jpg
BUNG SJAHRIR DAN W. SCHERMERHON
di Pegangsaan Timur No. 56. Jakarta


Sejumlah foto-foto dokumentasi seputar perundingan menghiasi dinding Ruang Perundingan Linggarjati. Antara lain foto wartawan mancanegara mengetik naskah berita di pagar tangga kediaman Bung Sjahrir di Linggasana. Menurut keterangan pemandu foto-foto diperoleh dari Kedutaan Belanda.
Paling berkesan untukku adalah foto ketua delegasi Indonesia Bung Sjahrir dan ketua delegasi Belanda W. Schermerhorn memaraf Naskah Perjanjian Linggarjati di ruang tamu kediaman resmi Bung Sjahrir, Pegangsaan Timur No. 56. Pemarafan naskah dalam bahasa Belanda tersebut berlangsung pada tanggal 15 November 1946, sementara naskah dalam bahasa Indonesia dan Inggris diparaf pada 18 November di Istana Negara, Jakarta. Secara resmi Perjanjian Linggarjati ditandatangani di Istana Negara (25 Maret 1947).
Aku menyukai foto ini karena kita menyaksikan kesetaraan. Bung Sjahrir tidak memaraf sambil ditunggui Belanda yang berkacak pinggang, melainkan bersama-sama duduk sebagai bangsa yang sederajat. Berdiplomasi untuk memenangkan kemerdekaan tetapi bukan Indonesia yang tunduk.
Semoga tidak akan kita lupakan kegigihan dan kepercayaan pria berperawakan kecil kelahiran Padang Panjang bahwa bahwa ada cara mencapai kemerdekaan yang tidak selalu mesti menggunakan senjata.

linggarjati_pidato.jpg
Bung Sjahrir berbicara kepada rakyat usai penandatanganan
Perjanjian  Linggarjati di Balai Agung, Jakarta

Bung Sjahrir usai penandatanganan Perjanjian Linggarjati memberikan sambutan, 'Dunia penuh dengan pertentangan, penuh dengan bahaya perjuangan, dunia gelap. Di Indonesia kita menyalakan obor kecil, obor kemanusiaan, obor akal yang sehat yang hendak menghilangkan suasana gelap, suasana pertentangan yang menjadi akibat serta mengakibatkan pula perkosaan dan pembinasaan, suasana sesak serta gelap. Marilah kita pelihara obor ini, supaya dapat menyala terus serta menjadi lebih terang. Mudah-mudahan ia akan merupaka permulaan terang di seluruh dunia.'
Jika India memiliki Mahatma Gandhi, maka sesungguhnya kita memiliki Bung Sjahrir dan Linggarjati sebagai bagian dari sejarah yang berusaha menempuh jalan ahimsa untuk mencapai kemerdekaan.
GEDUNG PERUNDINGAN LINGGARJATI
Jl. Gedung Perundingan Linggarjati
Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan
(23 km selatan Cirebon)
Jam Kunjungan
Senin-Jumat 07.00-15.00
Sabtu-Minggu 08.00-17.00
Tiket
Donasi
Transportasi Umum
Dari terminal bis Cirebon naik kendaraan umum jurusan Kuningan (Rp 8.000). Turun di Cilimus, dilanjutkan angkutan desa Cilimus-Linggajati Rp 3.000.

-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat anda telah membaca postingan blog KIR! SMANDA CIREBON
Silakan berkomentar